Memahami kebocoran teori grafitasi universal






Berbagai penemuan terbaru di bidang astronomi semakin memperlemah teori gravitasi universal yang ditemukan Isaac Newton. Apa saja buktinya?




Sejarah berkembang hingga kini, dikarenakan oleh eksperimen dan teknologi berkembang tiada henti, teori ilmiah yang ada sekarang pun mendapat pukulan yang sangat besar. Gravitasi universal adalah topik pembicaraan kuno, juga merupakan dasar teori fisika modern. Namun, dilihat dari hasil pengamatan dan penelitian ruang alam semesta sangat terbatas baru-baru ini, dan dikendalikan oleh perlawanan gravitasi berenergi tinggi yang misterius, bukan seperti yang dikemukakan Hubble yaitu: terjadi big bang (ledakan dahsyat) dan pembengkakan, selanjutnya terjadilah alam semesta.
Di saat bersamaan ilmuwan menemukan bahwa garis edar pesawat luar angkasa pendahulu (Pioneer) sangat jelas menyimpang dari gravitasi hukum universal. Selain itu, pandangan klasik beranggapan ruang angkasa dan waktu secara keseluruhan bisa secara keseluruhan dianggap bagai sejenis spons (bunga karang). Saat cahaya menembus spons niscaya mengakibatkan gangguan, meskipun gangguan seperti ini sangat kecil, lalu seiring dengan perjalanan waktu, bentuk gambar yang tampak dan cahaya menembus alam semesta, terhimpun oleh teropong teleskop yang akurat hanya tampak samar-samar. Pendek kata, gambar planet yang sangat jauh, yang ditangkap teleskop Hubble seharusnya menimbulkan suatu efek yang ganjil, namun kenyataannya tidak ada. Gambar Hubble jelas dan tidak ada hubungannya dengan jauhnya jarak objek dan hasil dari kesimpulan ini, menjadikannya sebuah tantangan terhadap alam semesta dan teori gravitasi selama ini.
Dan lepas dari pembatasan teori gravitasi dan teori fisika "efek kover/penutup gravitasi" membuat tema klasik ini telah diselimuti warna yang membangkitkan gairah penelitian yang konstruktif NASA.
Perlawanan Gravitasi Berenergi TinggiAwal bulan ini, sejumlah besar media elektronik dan media massa Amerika memberitakan perkembangan terbaru tentang kecepatan gravitasi. Mereka menyatakan bahwa pengamatan fisikawan Sergei Kopeikin terhadap bintang Jupiter menunjukkan, bahwa kecepatan gravitasi melalui ruang angkasa dan kecepatan cahaya sama. Untuk pertama kalinya penemuan ini membuktikan kebenaran prediksi Albert Einstein seabad yang lalu.
Namun, kenyataannya belum tentu demikian adanya. Pada majalah Technology edisi tanggal 17 Juni lalu, Robert Irion menunjukkan sebagian fisikawan menganggap sesungguhnya penelitian Kopeikin adalah memprediksi kecepatan cahaya, bukan kecepatan gravitasi. Berlawanan dengan berita media, kalangan ilmuwan Amerika bersikap hati-hati terhadap kesimpulan Kopeikin.
Dapat dimengerti, laporan media elektronik maupun media massa untuk dapat menulis perkembangan iptek terbaru dengan sempurna sangat sulit. Padahal majalah teknologi edisi pertama tahun ini telah memberitakan temuan penting yang menggemparkan.
Melalui kontak terhadap usia, jarak, dan red-ship alam semesta, penelitian dan pengamatan tersendiri terhadap bentuk luar alam semesta mempertimbangkan ketiga unsur tadi, astronom Amerika Krauss dan Chaboyer berkesimpulan: Planet kosmik ada keterbatasannya, ditentukan oleh perlawanan gravitasi berenergi tinggi yang misterius. Dan tidak seperti yang dikemukakan Hubble: Kosmos terjadi akibat big bang (ledakan dahsyat) dan dilanjutkan dengan pengembangan.



Garis Edar Pesawat MenyimpangPesawat luar angkasa Pioneer 10 dan 11 masing-masing diluncurkan pada tanggal 2 Maret 1972 dan 5 April 1973, merupakan pesawat luar angkasa manusia yang paling awal yang diluncurkan ke luar angkasa. Setelah Pioneer 10 dan 11 masing-masing bertemu dengan Jupiter dan Saturnus, ke-2 pesawat tersebut terbang dengan arah yang berlawanan ke antariksa. Pesawat Pioneer 11 pada November tahun 1995 setelah terakhir kali memberi sinyal kehilangan kontak dengan bumi, sedangkan pesawat Pioneer 10 terakhir kali mengirim sinyal kembali adalah pada bulan Februari tahun ini.
Berdasarkan sinyal gelombang radio yang dikirim kembali oleh ke-2 pesawat ulang-alik tersebut, para ilmuwan dapat menentukan posisi mereka (pesawat antariksa) dengan tepat, setelah dikurangi efek gangguan ringan planet, tekanan radiasi matahari, dampak pengaruh materiil antarplanet, efek teori relativitas umum dan deviasinya, serta dampak hanyut dan sebagainya, maka para ilmuwan menghitung akselerasi (daya gerak) mereka secara akurat, presisi ketepatan hitungannya mencapai 10-10 cm/s2.
Sejak tahun 1980, ketika tekanan radiasi matahari lebih kecil dari 5x10-8cm/s2, tim peneliti Jet Propulsion Laboratorium, JPL NASA telah menemukan bahwa dalam akselerasi hitungan terhadap Pioneer ada 8( 3)x10-8cm/s2 tanpa penjelasan, arah akselerasi tersebut tepat mengarah matahari. Hitungan yang lebih akurat setelah itu, menunjukkan Pioneer 10 dan 11 mendapat akselerasi sekitar 8,5x10-8cm/s2 dari sumber yang tidak jelas mengarah matahari. Sejak itu, tim eksperimen mempertimbangkan berbagai kemungkinan seperti yang datang dari galaksi dan gravitasi planet sekitar Kuiper, kebocoran gas pesawat luar angkasa, pergerakan bumi, selisih arah bumi, berbagai kelainan sifat dari radiasi panas pesawat antariksa dan lain-lain, mendapati tidak terdapat penyebab yang bisa memperjelas hal ini, adanya beberapa faktor penyebab deviasi akselerasi hanya merupakan 1/1.000 lebih dari deviasi tersebut di atas.
Tim eksperimen bahkan menggunakan 2 software analisis tersendiri menghitung semua lintasan ini, dan memperoleh kesimpulan yang sama menepis kemungkinan kekeliruan yang diakibatkan oleh sistem software analisis. Untuk menguji segala akselerasi temuan, apakah diakibatkan oleh suatu resistansi yang belum diketahui, pertimbangan akan resistansi selalu bertentangan dengan arah kecepatan, tim eksperimen juga telah menganalisa garis edar pesawat Odyssey pada orbit di luar arah radius matahari, hasilnya menunjukkan bahwa garis edar pesawat itu juga mengalami efek akselerasi serupa tanpa diketahui sumbernya. Selain itu, desain dan bentuk pesawat itu berbeda dengan Pioneer, maka kemungkinan percepatan ini diakibatkan oleh hardware pesawat luar angkasa tidak besar. Begitu juga hasil tim pesawat Galileo, namun tim eksperimen secara hati-hati menjelaskan bahwa pesawat Galileo mendapat tekanan radiasi matahari yang lebih besar, mereka tidak bisa mengesampingkan efek tekanan radiasi matahari.
Dalam tesis ini, para ilmuwan tersebut juga menunjukkan sebuah keraguan lain yang berkaitan dengan akselerasi itu. Ia hanya mempengaruhi pesawat buatan manusia,tapi garis edar 9 planet pada sistem tata surya tidak mempengaruhi. Kini manusia telah dapat mengamati secara akurat pergerakan planet, misalnya misi Viking milik NASA bisa memposisikan letak bumi dan Mars hingga tingkat toleransi lebih kurang dari 100 meter, jika bumi dan Mars mempunyai efek yang sama, sesuai perhitungan radius garis edar mereka masing-masing lebih kecil 21 dan 76 km dibanding sekarang. Gejala ini kemungkinan sebagai unsur penyebab materiil gelap yang sedang diselidiki para ilmuwan karena materiil gelap yang saat ini dapat menambah akselerasi yang sama terhadap planet, kemungkinan tersebut tidak mendasar.
Beberapa ilmuwan berpendapat, gejala ini dimungkinkan oleh sebab tesis fisika baru, ada juga ilmuwan yang berpendapat dalam skala besar teori standar gravitasi hukum universal ini tidak terbentuk. Ada ilmuwan NASA telah membuktikan lebih jauh tentang rancangan eksperimen gejala ini dan memutuskan dalam rancangan pengorbitan pesawat luar angkasa selanjutnya akan mempertimbangkan gejala yang mereka sebut tidak biasa pada Pioneer ini (pesawat ruang angkasa).




Gambar Hubble yang sangat JelasSelain itu, gambar yang sangat jelas yang ditangkap melalui pengamatan teleskop Hubble juga telah memberi tantangan hebat terhadap teori ruang dan teori gravitasi. Tingkat kejelasan merupakan permintaan oleh astronom dan khalayak ramai terhadap teleskop Hubble, namun gambar-gambar planet yang sangat jauh yang ditangkap teleskop ini dengan tingkat kejelasan tinggi malah membuat ilmuwan mencari sebabnya, sebab menurut perhitungan baru gambar-gambar ini sepatutnya tampak samar, oleh karenanya memikirkan perlunya pengkajian ulang beberapa hipotesa dasar tentang ruang, waktu, dan teori gravitasi.
Analisa terhadap gambar planet dan galaksi menguji sebuah kemampuan dasar kuantum, ia merupakan sebuah agregat dalam pandangan keluasan fisika terhadap tingkat atom yang tidak kelihatan, pandangan ini saling berhubungan dengan standar terbesar kosmos dan pengertian tingkat fisika.
Pandangan klasik beranggapan secara keseluruhan, ruang dan waktu bisa dianggap sebagai spons cahaya yang menembus spons seharusnya mendapat gangguan, meskipun gangguan tersebut ringan, seiring berjalannya waktu, setelah cahaya menembus kosmos, sekalipun dihimpun oleh teleskop berakurasi tinggi gambar yang tampak hanya samar-samar. Pendek kata, hasil gambar yang diperoleh Hubble terhadap planet yang sangat jauh seharusnya menimbulkan suatu efek yang ganjil, tapi kenyataannya tidak. Gambar Hubble sangat jelas, tidak ada hubungannya dengan jarak jauh sang objek.
Menurut hasil 2 tim peneliti independen, teori kuantum mungkin tidak sempurna. Tim astronom Astrophysical Observatory of Aecetri dan Max Planck Institute for Astronomy, Jerman yang dipimpin Roberto Ragazzoni telah menyelesaikan sebuah penelitian terbaru. Ragazzoni berpendapat, efek kuantum yang diharapkan seharusnya bagai kondisi samar yang sangat halus seperti yang diakibatkan lapisan atmosfer bumi.
Ragazzoni menjelaskan, saat cahaya datang dari objek yang sangat jauh, oleh karena gelombang cahaya yang berbeda dengan jalur yang agak berbeda menembus spons, gelombang cahaya yang berhadapan dengan gelombang cahaya lainnya akan mendapat rintangan, maka cahaya akan dipindahkan dari posisi di sekeliling sumber cahaya dan mengakibatkan kabur.
Anda tidak pernah melihat sebuah alam semesta yang samar-samar, dia mengatakan, jika Anda mengeluarkan sebuah gambar pemandangan apa pun yang ditangkap teleskop Hubble, Anda akan melihat semuanya tampak begitu jelas dan terang, ini cukup membuktikan cahaya yang keluar dari sumbernya menembus ruang dan ditangkap alat observasi tidak terjadi distorsi atau mengalami gangguan yang dikarenakan oleh turun naiknya gerak gelombang. Penelitian tersebut dipublikasikan di Astrophysical Journal Letters edisi 10 April 2002.
Banyak sekali temuan ilmiah modern menunjukkan gravitasi universal serta teori gravitasi yang ada kini dihadapkan dengan situasi kesulitan dan ketidaksempurnaan yang sulit diatasi, seiring dengan perkembangan teknologi percobaan dan pengamatan yang lebih canggih, ketidaksempurnaan ini akan terbuka lebih jelas. Melihat kilas balik sejarah perkembangan teknologi pengetahuan dan fisika manusia ratusan tahun belakangan, sepertinya hanya pengulangan proses yang serupa. Akan tetapi, tantangan yang dihadapi oleh perkembangan iptek manusia masa kini merupakan sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pada kenyataannya, hal pokok permasalahannya ini adalah pengetahuan manusia terhadap dunia materiil hanya sebatas pengenalan permukaan kulitnya saja, maka teori yang dikemukakan juga teori bentuk dari bentuk yang tampak. Teori tersebut hanya sebatas ruang yang relevan dengannya., jika lewat dari batasannya, maka akan timbul "kesenjangan". Dalam teori, untuk itu harus mencari lagi tesis yang dapat menopang teori bentuk baru untuk mengatasi ketidaksempurnaan teori yang lama.
Selang beberapa masa, manusia mencermati dan melihat perubahan besar pada kosmos yang belum pernah terjadi sebelumnya, semua fenomena alam yang tampak, juga telah memberi masukan bagi perkembangan teknologi pengetahuan manusia sebagai bahan acuan dan kajian, apakah semua momen pengetahuan alam ini bisa ditangkap, tergantung perubahan "pandangan" manusia itu sendiri, apakah bisa melepaskan diri dari pandangan kuno yang baku adalah sikap yang menentukan untuk dapat lebih jauh mengenal alam jagat raya ini.

Percobaan Baru NASA di China dan negara lainnya, terdapat laporan tentang manusia yang mengambang di angkasa. Seperti misalnya, wawancara seorang reporter Amerika terhadap seorang manusia tinggi India, yang mana manusia tinggi ini bisa terbang mengambang. Tubuh manusia bisa mengambang menandakan bahwa gravitasi universal antara tubuh manusia dan bumi berubah menjadi nol. Berdasarkan hukum gravitasi universal, hal ini menunjukkan bahwa masa manusia di saat itu adalah nol. Meskipun ini nyaris merupakan hal yang fantastis, namun, ini merupakan suatu yang sangat penting bagi badan penerbangan antariksa Amerika, NASA.
Sebab NASA terus berharap bisa melakukan perjalanan antarplanet, yaitu bisa terbang hingga ke sistem tata surya lainnya. Namun, meskipun dalam keadaan tidak ada gravitasi di angkasa luar, masih harus menambah kecepatan yang amat sangat pada pesawat, baru bisa membuat perjalanan antarplanet ini menjadi mungkin, namun teknologi peroketan konvensional malah tidak bisa mencapai tahap demikian. Sebuah laporan NASA pada awal Juli tahun lalu menunjukkan: "Menggunakan teknologi roket yang ada sekarang, dan mengharapkan dalam jangka waktu umur yang pantas untuk mencapai bintang terdekat, maka masa bahan bakar yang dibutuhkan bisa setara dengan masa sebuah planet." Akan tetapi jika bisa mengurangi masa pesawat, maka daya dorong bahan bakar yang dibutuhkan akan berkurang, sebab menurut hukum Newton ke-2, bahwa jika ingin mencapai percepatan yang sama, maka daya dorong bahan bakar yang dibutuhkan dan masa menjadi perbandingan senilai, artinya masa semakin kecil, maka daya dorong yang dibutuhkan semakin kecil.
Melalui penantian hampir 2 tahun, Pusat Penerbangan Antariksa Marshall NASA yang berada di kota Huntsville, negara bagian Alabama, AS akan menjemput kedatangan instrumen yang mempunyai harapan menantang hukum gravitasi universal. Meskipun kedengarannya sedikit mirip dongeng, namun personel peneliti proyek NASA ini mengatakan, bahwa usaha mereka adalah berdasarkan ilmu pengetahuan yang sesungguhnya, dan NASA telah membiayai 6 juta dollar AS untuk memesan instrumen ini pada perusahaan Superconductive Components Inc., Ohio, AS.
Asal mula percobaan NASA ini berasal dari sebuah tesis fisikawan Rusia bernama Evgeny Podkletnov pada tahun 1992 di Journal Phsysica C. Dalam tesisnya diumumkan bahwa dia telah menemukan efektivitas "pelidung gravitasi", dia telah mengecilkan gravitasi sebesar 0.05-0.3 %. Meskipun kedengarannya biasa-biasa saja, namun bagi kalangan fisikawan, bahkan seperti sebuah bom yang telah meledak. Sebab hukum gravitasi universal merupakan salah satu prinsip ilmu pengetahuan modern yang paling suci, pelanggaran apa pun terhadapnya pasti merupakan ancaman terhadap rangka teori modern. Jika percobaan Podkletnov telah dibuktikan kebenarannya, maka dipastikan dapat mendatangkan hadiah nobel bagi penemunya.
Meskipun instrumen mungkin sangat rumit, namun prinsip fundamentalnya malah sangat sederhana. Ia mempunyai sebuah disc superkondisi yang berdiameter 6 inci, dengan ketebalan 0,25 inci. Disc ini diturunkan suhunya hingga 233 derajat di bawah nol Celsius, melayang pada sebuah medan magnet. Ditambahkan sebuah medan listrik agar disc berputar. Podkletnov mengatakan, ketika kecepatan putar melampaui 5.000 putaran setiap menit, maka benda yang berada di atas disc akan mulai kehilangan berat.
Berikut adalah penjelasan Podkletnov dalam tesis terhadap penemuannya: "Bahwa bagian berat berkurang mungkin berhubungan dengan energi tertentu yang eksis dalam struktur kristal superkonduktor di bawah suhu rendah. Kondisi energi yang tidak lazim ini mungkin telah mengubah interaksi antara daya elektromagnet, tenaga nuklir dalam benda padat, dengan gravitasi, oleh karena itu menghasilkan efek penghalang gravitasi." Setelah Podkletnov, terdapat beberapa fisikawan mengulang kembali percobaannya, ada yang mengatakan berhasil, dan ada juga yang mengatakan gagal. Bahkan ada beberapa fisikawan telah membuktikan dari teori efek penghalang gravitasi dapat digunakan dan juga ada yang beranggapan tidak mungkin.
Meskipun sebagian besar fisikawan tidak menaruh sikap optimistis terhadap percobaan NASA, namun penanggung jawab Breakthrought Propulsion Physics Project NASA, insinyur aeronautika Marc G. Millis mengatakan, "NASA akan tetap pada sebuah pemikiran terbuka. Sejarah memberitahu kepada kita, bahwa penemuan yang baru mungkin berasal dari arah yang kelihatannya paling tidak memungkinkan."



Gaya Gravitasi Newton : Pada akhir abad XVII seorang ilmuwan besar Inggris, Isaac Newton mengembangkan hukum gravitasi. Hukum ini menyatakan bahwa semua benda ditarik ke arah semua benda lainnya oleh kekuatan gravitasi. Kerasnya kekuatan ini bergantung pada berapa banyaknya zat yang terkandung dalam benda dan pada jarak di antaranya. Hukum itu menerangkan mengapa orbit planet dan bulan berbentuk elips. Hukum itu menerangkan juga gerak semua benda dalam alam semesta yang mahaluas. Keterangan ilmiah tentang gerak bumi, matahari, bulan dan berbagai planet bertahan tanpa perubahan sampai abad XX.
Sumber : Zhengjian.net

Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.

0 Response to "Memahami kebocoran teori grafitasi universal"

Posting Komentar